Desa wisata dan Laboratorium Alam yang sedang dirintis oleh Bantar Panjang Selaras semakin menambah kekayaan tempat berwisata bagi masyarakat luar hususnya bagi masyarakat lokal. potensi ini diyakini oleh pengelolanya sebagai asset tabungan berbuat baik kepada alam yang sudah pasti akan berimbas positif bagi masyarakat sekitar.
lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah derah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.
- lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah daerah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.
lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah derah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah derah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah derah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.lokasi ini sangat cocok bagi pecinta lingkungan dan para pelestari alam,merasakan hawa sejuk rimbun dedaunan itu yang dirindukan oleh masyarakat perkotaan bahkan tidak hanya untuk masyarakat perkotaan didesa saja sekarang banyak lahan yang tergerus pembangunan yang tidak memperhatikan kesimbangan alamnya maka jadilah derah yang awalnya hutan berubah menjadi kawasan yang gersang karena eksploitasi besar-besaran terhadap kandungan yang ada didalamnya.
kedepan di lokasi ini segera dibangun perpustakaan untuk menumbuhkan minat baca bagi anak-anak dan orang dewasa,MCK agar sanitasi dan lingkungan tetap terjaga ,pasar wisata dimana banyak dijual produk masyarakat seperti Kue Apem,Emping serta olahan lainnya yang diproduksi langsung didapur masyarakat.
Agar program ini bisa dirasakan oleh masyarakat diperlukan kerja padu dengan mengambil bagian masing-masing seperti bagaimana mengelola sampah yang ramah lingkungan,membangun pos kesehatan seperti memiliki ambulan desa dan fasilitas lain untuk menunjang kesehatan warga.
Pada sektor pertanian pembenahan infrastuktur seperti irigasi yang belum maksimal seperti bebrapa lahan pertanian seperti sawah yang hanya bisa ditanami jika musim penghujan karena ada bagian saluran air yang terpaksa tidak berfungsi karena belum terkoordinasi dengan baik tentang pembagian air untuk areal pesawahan lainnya jika dipaksakan akan berakibat fatal bagi kerukunan masyarakat petani,seperti banyak contok keributan hanya masalah rebutan air untuk mengaliri sawah dan pembagian yang belum adil atau ego sektoral.
Untuk menunjang itu semua diperlukan koordonasi yang terpadu antar lembaga yang terkait.
mewujudkan suatu impian bisa dilakukan manakala ada kemauan dari berbagai pihak semoga Desa Wisata Banyubiru bisa terealisasi seperti dambaan banyak orang pemilik jiwa-jiwa yang tenang.
Pada sektor pertanian pembenahan infrastuktur seperti irigasi yang belum maksimal seperti bebrapa lahan pertanian seperti sawah yang hanya bisa ditanami jika musim penghujan karena ada bagian saluran air yang terpaksa tidak berfungsi karena belum terkoordinasi dengan baik tentang pembagian air untuk areal pesawahan lainnya jika dipaksakan akan berakibat fatal bagi kerukunan masyarakat petani,seperti banyak contok keributan hanya masalah rebutan air untuk mengaliri sawah dan pembagian yang belum adil atau ego sektoral.
Untuk menunjang itu semua diperlukan koordonasi yang terpadu antar lembaga yang terkait.
mewujudkan suatu impian bisa dilakukan manakala ada kemauan dari berbagai pihak semoga Desa Wisata Banyubiru bisa terealisasi seperti dambaan banyak orang pemilik jiwa-jiwa yang tenang.
DESA BANYUBIRU, POTENSI DESA WISATA ALAM DAN SEJARAH
BANYUBIRU merupakan salah satu desa di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan Desa Caringin di sebelah barat, Desa Tenjo Lahang di sebelah timur, Desa Banyumekar di bagian Selatan dan Desa Pejamben di sebelah utara. Secara geografis Banyubiru terletak dijalur kawasan wisata strategis melalui jalan alternatif Pandeglang, Mengger, Mandalawangi, Caringin, Carita. Desa Banyubiru juga merupakan sentra perajin emping yang terkenal.
Menurut catatan sejarah dalam buku “Kejayaan Banten Masa Lalu” karya Halwani Mihrob dijelaskan bahwa pada abad ke-18 Desa Banyubiru merupakan sentra hasil bumi berupa cokelat (cacao), kopi, lada dan lainnya. Setiap hari komoditas itu diangkut menggunakan kapal-kapal dagang Belanda (VOC) melalui muara Caringin di perairan Selat Sunda di bagian hilir, menyusuri daerah aliran Sungai Cisanggoma menuju ke hulu yakni Sungai Kampung Bantar Panjang.
Beberapa makam keramat di desa itu kerap dikunjungi peziarah dari luar. Hal ini menandakan Desa Banyubiru merupakan persinggahan para penyebar agama Islam di daerah Labuan. Beberapa makam keramat tersebut antara lain, Syekh Kalapa 12, Syekh Afiudin, Nyai Sri Pandan Wangi dan Syekh Waliakis.
Desa Banyubiru juga tidak dapat dipisahkan dari legenda masyarakat lokal yang terkenal yaitu Regen Boncel, seorang anak yang lahir dari keluarga miskin, yang bekerja sebagai pengurus kuda di Kabupaten Caringin hingga sukses menjadi seorang pejabat (Regen/Bupati). Namun kemudian setelah menjadi pejabat, dia tidak mengakui ibunya pada saat menemuinya di kadipaten. Konon kata masyarakat sekitar, ibunya Regen Boncel yang merasa sedih dan kecewa atas sikap anaknya itu, berlari menuju Kampung Bantar Panjang dan menghilang ditelan hutan Desa Banyubiru ketika para Hulubalang mengejarnya untuk dibawa ke Kadipaten Caringin atas perintah Regen Boncel.
Mayoritas masyarakat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan serta perikanan darat air tawar. Beberapa luasan hamparan pesawahan bergantung pada musim penghujan dan ada juga yang terairi melalui irigasi dari bendungan Badudun di Kampung Bantar Panjang Girang. Buah buahan tropis yang dihasilkan di Desa Banyubiru antara lain mangga, rambutan, duku, pisitan, kokosan, salak, menteng, kecapi, manggis, pisang, cokelat, kopi dan kelapa. Sumber pendapatan lainnya dari kebun mereka adalah melinjo, timun, ubi, singkong, kacang panjang, daun salam, sereh, dan lain lain yang dapat dengan mudah dijual.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah beternak ayam, itik, kambing dan kerbau. Pengolahan lahan sawah pertanian masih ada yang menggunakan cara tradisional dan beberapa di antaranya sudah menggunakan traktor yang disewakan. Desa ini pun menjadi sentra timun suri di Kecamatan Labuan pada setiap datangnya bulan Ramadhan.
Desa Banyubiru dapat dengan mudah diakses melalui beberapa jalur antara lain Kota Labuan – Kampung Karet – Kampung Citanggok – Kampung Pangulon (Petilasan Prabu Kian Santang) – Desa Banyubiru (4 km), Labuan (Ciateul) – Kampung Makui – Kampung Sepen (Desa Banyumekar) – Desa Banyubiru (4 km), Pantai Carita – Caringin Lor - (Belok kiri arah Jiput) – Kampung Siruang – Kampung Picung Bera – (belok kanan) – Banyubiru (5,5 km), dan Pandeglang – Mengger – Mandalawangi – Jiput – Tenjo Lahang (belok kiri) – Bantar Panjang (40 km).
Disinggahi wisatawan asing
Desa Banyubiru sudah dikenalkan ke mancanegara sejak 2 tahun yang lalu sebagai tempat transit menginap 1 sampai 2 malam bagi wisatawan mancanegara yang akan melakukan perjalanan wisata minat khusus ke Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Gunung Krakatau.
“Tamu kami sebagian besar berasal dari negara Perancis atau dari negara yang berbahasa Perancis seperti Belgia, Swiss, Kanada, Martinik dan Guadelup. Wisatawan dari negara lain juga sudah singgah seperti Belanda, Ceko, Spanyol, Jerman, Russia bahkan Afrika Selatan,” kata Direktur Eksekutif dari Friends of Rhino, Ofat Sofwatudin.
Dia berharap, desa ini bisa dikembangkan lagi oleh pemerintah, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi
BANYUBIRU merupakan salah satu desa di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan Desa Caringin di sebelah barat, Desa Tenjo Lahang di sebelah timur, Desa Banyumekar di bagian Selatan dan Desa Pejamben di sebelah utara. Secara geografis Banyubiru terletak dijalur kawasan wisata strategis melalui jalan alternatif Pandeglang, Mengger, Mandalawangi, Caringin, Carita. Desa Banyubiru juga merupakan sentra perajin emping yang terkenal.
Menurut catatan sejarah dalam buku “Kejayaan Banten Masa Lalu” karya Halwani Mihrob dijelaskan bahwa pada abad ke-18 Desa Banyubiru merupakan sentra hasil bumi berupa cokelat (cacao), kopi, lada dan lainnya. Setiap hari komoditas itu diangkut menggunakan kapal-kapal dagang Belanda (VOC) melalui muara Caringin di perairan Selat Sunda di bagian hilir, menyusuri daerah aliran Sungai Cisanggoma menuju ke hulu yakni Sungai Kampung Bantar Panjang.
Beberapa makam keramat di desa itu kerap dikunjungi peziarah dari luar. Hal ini menandakan Desa Banyubiru merupakan persinggahan para penyebar agama Islam di daerah Labuan. Beberapa makam keramat tersebut antara lain, Syekh Kalapa 12, Syekh Afiudin, Nyai Sri Pandan Wangi dan Syekh Waliakis.
Desa Banyubiru juga tidak dapat dipisahkan dari legenda masyarakat lokal yang terkenal yaitu Regen Boncel, seorang anak yang lahir dari keluarga miskin, yang bekerja sebagai pengurus kuda di Kabupaten Caringin hingga sukses menjadi seorang pejabat (Regen/Bupati). Namun kemudian setelah menjadi pejabat, dia tidak mengakui ibunya pada saat menemuinya di kadipaten. Konon kata masyarakat sekitar, ibunya Regen Boncel yang merasa sedih dan kecewa atas sikap anaknya itu, berlari menuju Kampung Bantar Panjang dan menghilang ditelan hutan Desa Banyubiru ketika para Hulubalang mengejarnya untuk dibawa ke Kadipaten Caringin atas perintah Regen Boncel.
Mayoritas masyarakat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan serta perikanan darat air tawar. Beberapa luasan hamparan pesawahan bergantung pada musim penghujan dan ada juga yang terairi melalui irigasi dari bendungan Badudun di Kampung Bantar Panjang Girang. Buah buahan tropis yang dihasilkan di Desa Banyubiru antara lain mangga, rambutan, duku, pisitan, kokosan, salak, menteng, kecapi, manggis, pisang, cokelat, kopi dan kelapa. Sumber pendapatan lainnya dari kebun mereka adalah melinjo, timun, ubi, singkong, kacang panjang, daun salam, sereh, dan lain lain yang dapat dengan mudah dijual.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah beternak ayam, itik, kambing dan kerbau. Pengolahan lahan sawah pertanian masih ada yang menggunakan cara tradisional dan beberapa di antaranya sudah menggunakan traktor yang disewakan. Desa ini pun menjadi sentra timun suri di Kecamatan Labuan pada setiap datangnya bulan Ramadhan.
Desa Banyubiru dapat dengan mudah diakses melalui beberapa jalur antara lain Kota Labuan – Kampung Karet – Kampung Citanggok – Kampung Pangulon (Petilasan Prabu Kian Santang) – Desa Banyubiru (4 km), Labuan (Ciateul) – Kampung Makui – Kampung Sepen (Desa Banyumekar) – Desa Banyubiru (4 km), Pantai Carita – Caringin Lor - (Belok kiri arah Jiput) – Kampung Siruang – Kampung Picung Bera – (belok kanan) – Banyubiru (5,5 km), dan Pandeglang – Mengger – Mandalawangi – Jiput – Tenjo Lahang (belok kiri) – Bantar Panjang (40 km).
Disinggahi wisatawan asing
Desa Banyubiru sudah dikenalkan ke mancanegara sejak 2 tahun yang lalu sebagai tempat transit menginap 1 sampai 2 malam bagi wisatawan mancanegara yang akan melakukan perjalanan wisata minat khusus ke Taman Nasional Ujung Kulon dan Cagar Alam Gunung Krakatau.
“Tamu kami sebagian besar berasal dari negara Perancis atau dari negara yang berbahasa Perancis seperti Belgia, Swiss, Kanada, Martinik dan Guadelup. Wisatawan dari negara lain juga sudah singgah seperti Belanda, Ceko, Spanyol, Jerman, Russia bahkan Afrika Selatan,” kata Direktur Eksekutif dari Friends of Rhino, Ofat Sofwatudin.
Dia berharap, desa ini bisa dikembangkan lagi oleh pemerintah, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar